Weda,TalentaNews.com.- Nama turnamen sekelas pesta ulang tahun kabupaten ke-35 sejatinya adalah panggung persatuan. Namun, yang tersaji di lapangan Elang Halmahera adalah tontonan brutal yang merobek sportivitas hingga ke akarnya. Laga panas Persigo melawan Weda Utara, yang dimenangkan Weda Utara dengan skor tipis 3-2, seketika berubah menjadi medan perang, dipicu oleh amukan beringas suporter Weda Utara yang tak terkontrol.Pada Sabtu (25/10/2025) Sore.

Peluit panjang belum sepenuhnya hilang ditelan gemuruh kemenangan, namun kobaran api kericuhan sudah meletus dari tribun suporter Weda Utara. Entah apa yang memicu ledakan emosi massal tersebut-apakah euforia yang berlebihan atau provokasi-yang jelas, massa pendukung Weda Utara mendadak beringas, seolah melupakan esensi dari sebuah pertandingan persahabatan dalam rangka perayaan daerah.

Aksi ricuh ini bukan sekadar luapan kegembiraan. Sinyal bahaya berdering kencang ketika atmosfer pertandingan berubah menjadi mencekam. Lapangan yang seharusnya menjadi saksi ‘gol emas’ Weda Utara, justru tercoreng oleh aksi anarkis yang memalukan. Kericuhan ini adalah pukulan telak bagi panitia dan Pemerintah Kabupaten, mempertanyakan kesiapan mereka dalam mengamankan sebuah event publik, terutama yang melibatkan rivalitas sengit.

Situasi baru mereda setelah aparat keamanan bergerak cepat dan tegas. Intervensi pihak berwajib berhasil melarai suporter Weda Utara, mendinginkan kepala-kepala panas yang hampir saja memperpanjang daftar hitam insiden sepak bola. Kericuhan memang berakhir damai—namun ‘damai’ yang dipaksakan di bawah bayang-bayang kegagalan menjaga ketertiban.

Tragedi mini ini harus menjadi tamparan keras. Kemenangan Weda Utara 3-2 yang seharusnya dirayakan, kini dibayangi oleh stigma negatif. Gelar juara kompetisi HUT Kabupaten ke-35 ini harus dipertanyakan maknanya jika perayaan itu harus ditebus dengan citra buruk dan runtuhnya nilai-nilai persaudaraan di tengah masyarakat. Sepak bola adalah tontonan, bukan pemantik permusuhan! Pemerintah Kabupaten harus melakukan evaluasi menyeluruh dan menjatuhkan sanksi tegas. Kericuhan ini bukan akhir, tetapi alarm bahaya yang wajib disikapi dengan serius.

Amatan Wartawan dilapangan terlihat Bupati Halmahera Tengah Ikram Malan Sangadji berada di tengah-tengah kericuhan nyaris terjadi, Ikram yang mengenakan kaos oblong putih,celana pendak hitam dan sendal jepit itu berdiri di pintu masuk suporter Weda Utara. (Red/Tim).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *